Senin, 01 April 2013

Mereka yang Kafir, Kita yang Muslim



[Jurnal Gelanter, Surabaya]
Perhatikan fragmen kehidupan berikut:
Ketika kaum muda AS-Barat-Israel-Jepang-China-Korsel sibuk membuat program-program Games komputer. Jangan kaget bila kaum muda-remaja muslim sibuk menghabiskan separuh hidupnya untuk main game.
Ketika kaum muda AS-Barat-Israel-Jepang-China-Korsel sibuk melakukan riset menciptakan Google, FB, Twitter, YouTube. Jangan heran, bila kaum muda muslim sibuk menggunakan seluruh media itu untuk mencari-melihat-menonton-berkicau hal-hal porno.
Ketika masyarakat AS-Barat-Israel-Jepang-China-Korsel menjadikan Handphone sebagai media untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, optimalisasi, dan maksimalisasi kinerja. Jangan aneh, bila masyarakat muslim menjadikannya sebagai media curcol-curhat-mendengarkan lagu-melihat filem.
Ketika masyarakat AS-Barat-Israel-Jepang-China-Korsel menjadikan perjalanan di kendaraan umum sebagai waktu untuk membaca buku-menelaah berita. Jangan aneh, bila masyarakat muslim menjadikannya sebagai kesempatan untuk melakukan pelecehan seksual, bertengkar, dan bergaduh.
Ketika kaum orientalis AS-Barat-Israel-Jepang-China-Korsel sibuk mendalami dan mengkaji Al-Qur'an-Sunnah. Jangan heran, bila kaum muslimin sibuk menganalisa gosip-gosip para artis.
Ketika kaum muda AS-Barat-Israel-Jepang-China-Korsel terus mengkaji pembuktian-pembuktian ilmiah dari Al-Qur'an-Sunnah dan mendalami relevansi keduanya bagi kehidupan. Maka jangan kaget, bila kaum muslimin masih sibuk berdebat di tataran cangkang (kulit), tidak pernah menemukan isi.
Jadi, wajar bila kita tanya ke Syaikh Google soal kedokteran-sains teknologi-ilmu sosial-politik-budaya, yang muncul adalah tulisan-tulisan Yahudi.
Jadi wajar, saat kita sibuk teriak embargo produk, maka tak satupun produk itu melainkan erat kaitannya dengan Yahudi dan kita meneriakkan boikot produk sembari minum: Produk Perancis, jajan Pizza Italia, pake mobil GMC, Telpon merk No**a, dll.
Lalu yang tersisa dari keislaman kita apa? Untuk menjawab poin ini pun, dipastikan kaum muslimin larut dalam perdebatan panjang yang tak pernah berujung.
Lucunya, saat membaca tulisan ini ... tak sedikit pun terusik. Jika terusik, yang muncul hardikan-emosi-dan caci maki.
Oleh : Ust Nandang Burhanudin

1 komentar:

  1. so jadi solusi yang sampean perbuat opo kang ???
    so yang menghardik sopo kang ???
    so Prestasi yang sudah di toreh sampean opo kang ???
    Jadi Sampean sendirilah yang menghardik dan terusik tanpa memberikan solusi yang bermanfaat dan kongkrit !!!!

    BalasHapus