[Jurnal Gelanter, Surabaya]
Perhatikan fragmen kehidupan berikut:
Ketika kaum muda AS-Barat-Israel-Jepang-China-Korsel sibuk
membuat program-program Games komputer. Jangan kaget bila kaum muda-remaja
muslim sibuk menghabiskan separuh hidupnya untuk main game.
Ketika kaum muda AS-Barat-Israel-Jepang-China-Korsel sibuk
melakukan riset menciptakan Google, FB, Twitter, YouTube. Jangan heran, bila
kaum muda muslim sibuk menggunakan seluruh media itu untuk
mencari-melihat-menonton-berkicau hal-hal porno.
Ketika masyarakat AS-Barat-Israel-Jepang-China-Korsel
menjadikan Handphone sebagai media untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi,
optimalisasi, dan maksimalisasi kinerja. Jangan aneh, bila masyarakat muslim
menjadikannya sebagai media curcol-curhat-mendengarkan lagu-melihat filem.
Ketika masyarakat AS-Barat-Israel-Jepang-China-Korsel
menjadikan perjalanan di kendaraan umum sebagai waktu untuk membaca
buku-menelaah berita. Jangan aneh, bila masyarakat muslim menjadikannya sebagai
kesempatan untuk melakukan pelecehan seksual, bertengkar, dan bergaduh.
Ketika kaum orientalis AS-Barat-Israel-Jepang-China-Korsel
sibuk mendalami dan mengkaji Al-Qur'an-Sunnah. Jangan heran, bila kaum muslimin
sibuk menganalisa gosip-gosip para artis.
Ketika kaum muda AS-Barat-Israel-Jepang-China-Korsel terus
mengkaji pembuktian-pembuktian ilmiah dari Al-Qur'an-Sunnah dan mendalami
relevansi keduanya bagi kehidupan. Maka jangan kaget, bila kaum muslimin masih
sibuk berdebat di tataran cangkang (kulit), tidak pernah menemukan isi.
Jadi, wajar bila kita tanya ke Syaikh Google soal
kedokteran-sains teknologi-ilmu sosial-politik-budaya, yang muncul adalah
tulisan-tulisan Yahudi.
Jadi wajar, saat kita sibuk teriak embargo produk, maka tak
satupun produk itu melainkan erat kaitannya dengan Yahudi dan kita meneriakkan
boikot produk sembari minum: Produk Perancis, jajan Pizza Italia, pake mobil
GMC, Telpon merk No**a, dll.
Lalu yang tersisa dari keislaman kita apa? Untuk menjawab
poin ini pun, dipastikan kaum muslimin larut dalam perdebatan panjang yang tak
pernah berujung.
Lucunya, saat membaca tulisan ini ... tak sedikit pun
terusik. Jika terusik, yang muncul hardikan-emosi-dan caci maki.
Oleh : Ust Nandang Burhanudin
so jadi solusi yang sampean perbuat opo kang ???
BalasHapusso yang menghardik sopo kang ???
so Prestasi yang sudah di toreh sampean opo kang ???
Jadi Sampean sendirilah yang menghardik dan terusik tanpa memberikan solusi yang bermanfaat dan kongkrit !!!!