Selasa, 12 Februari 2013

Sistem Dajjal, Umur Umat Islam, Bila Imam Mahdi keluar dan Perang Akhir Zaman



Apa itu sistem Dajjal?

Sistem Dajjal adalah sistem kepalsuan, seperti yang berlaku sekarang ini. Orang menyebutnya The New World Order, meskipun kenyataannya malah tidak ada susunan. Yang disebut pejuang hak asasi manusia tetapi yang sebenarnya adalah pengganas. Sedangkan mereka yang dituduh pengganas justeru sebenarnya orang yang mulia di hadapan Allah.

Apakah sistem Dajjal itu adalah aturan kehidupan yang kini atur AS?

Ya. Itu tercermin dalam lembaran wang satu dollar AS. Bahagian depan itu bergambar Presiden AS pertama, George Washington, dan bahagian belakangnya bergambar piramid yang terpotong. Letak gambar piramid ada di belakang, sebagai isyarat bahawa di belakang AS ada kekuatan lain. Pada piramid tersebut ada segitiga bergambar mata satu. Di atasnya ada tulisan "annuis coeptis" (semoga dia senang dengan projek ini). "Dia" yang dimaksudkan adalah Si Mata Satu. Di bawahnya ada tulisan "Novus Ordo Seclorum" ( perintah  dunia baru). Ertinya, umat seluruh dunia diharapkan masuk projek perintah dunia baru dan menerima kepimpinan Si Mata Satu. Orang yang familiar dengan hadis-hadis Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam akan paham bahawa yang dimaksudkan Si Mata Satu adalah Dajjal.

Bila Dajjal akan muncul?

Dajjal sudah ada sejak zaman Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis sahih yang panjang yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Fatimah binti Qais.

Ada seorang pengembara Nasrani yang terdampar di suatu pantai. Ia turun dari kapalnya dan kemudian bertemu binatang aneh. Binantang itu menghantarkannya ke sebuah biara. Di biara tersebut ada seorang lelaki terpasung. Dia bertanya, "Apakah Sungai Tiberia sudah kering? Apakah muncul seorang lelaki yang bernama Muhammad yang disebut sebagai nabi akhir zaman? Apakah lelaki itu sudah diusir oleh penduduk di negaranya sendiri? "

Pengembara Nasrani itu penasaran. Dia kemudian menelusuri jazirah Arab untuk mencari lelaki yang dimaksudkan. Dia kemudian bertemu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Dia bertanya pada beliau, "Siapa orang yang dipasung itu?" Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menyatakan bahawa lelaki itu adalah Dajjal. Namun Dajjal tidak akan muncul sebelum Imam Mahdi keluar.

Bila Imam Mahdi keluar?

Menurut Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam, salah satu tandanya adalah kematian atau pembunuhan seorang khalifah. Namun sekarang sudah tidak ada khalifah. Menurut saya, khalifah yang dimaksudkan adalah seorang pemimpin negeri Muslim yang sangat nyata. Amin Muhammad Jamaluddin, seorang penulis asal Mesir yang menulis buku "Umur Umat Islam", menafsirkannya sebagai pemimpin Kerajaan Arab Saudi. Kalau memang benar seperti itu, bererti sudah dekat.

Menurut hadis tersebut, kelak Al-Mahdi akan muncul lalu di-baiat oleh sekumpulan pemuda di Kaabah. Penguasa semenanjung Arab akan terus menghantar pasukan untuk menangkap para pemuda itu. Tetapi pasukan itu akan dibenamkan ke bumi oleh Allah, kecuali dua orang saja.

Dua orang tersebut sengaja diselamatkan agar mereka boleh menceritakan kepada awam bahawa rakan-rakan mereka telah tenggelam ditelan Bumi. Begitu khabar ini tersiar, semua Mukmin yang faham hadis-hadis sahih tentang kemunculan Al-Mahdi akan sedar bahawa Imam Mahdi telah muncul. Mereka akan berbondong-bondong untuk ber-baiat.

Bagaimana bila dihubungkan dengan umur umat Islam?

Menurut Amin Muhammad Jamaluddin, ketika dia menafsirkan beberapa hadis mengenai umur umat Yahudi, Kristian, dan Islam, diisyaratkan bahawa umur umat Islam ialah 1500 tahun. Sekarang sudah 1424 Hijriah [tulisan ini dibuat pada 2003], jadi tinggal 76 tahun lagi. Itu belum dipotong waktu perjuangan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam ketika di Mekah, yang memakan masa 13 tahun. Jadi umur ummat Islam tinggal sekitar 63 tahun. [Bererti sekarang tinggal sekitar 54 tahun]

Bila masa kekhalifahan di akhir zaman yang menurut hadis akan berlangsung selama 40 tahun terjadi pada masa damai, maka huru-hara besar itu akan terjadi dalam kurun waktu kurang dari 23 tahun ke depan ini [sekarang bererti kurang dari 14 tahun ke depan]. Kemunculan khilafah akan didahului oleh terjadinya huru-hara dan kaum Muslim akan di bawah pimpinan Imam Mahdi.

Kemunculan Imam Mahdi juga akan ditandai dengan munculnya komet. Menurut yang saya tahu dari para astronomi, komet akan muncul pada 2022. Jadi kalau saat itu Imam Mahdi muncul, maka perhitungan itu menjadi sangat mungkin. Atau boleh jadi kemunculan Imam Mahdi justeru akan lebih cepat dari itu.

Apa ciri-ciri khusus Imam Mahdi?

Menurut Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam, namanya seperti nama Rasulullah shallallaahu' alaihi wasallam dan nama ayahnya pun sama dengan nama ayah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Bicaranya kurang lancar, sehingga kalau bicara harus menepuk pahanya dulu. Apakah itu bererti dia gagap? Wallahu'alam.

Berapa usia Imam Mahdi ketika muncul?

Usia Imam Mahdi adalah seusia ketika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam pertama kali berperang. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam pertama kali berperang di Perang Badar di usia 55 tahun.

Apakah itu bererti sebenarnya Imam Mahdi sudah ada?

Ya, sudah ada, tapi oleh Allah belum dimunculkan. Sekarang kita tidak tahu Imam Mahdi itu siapa. Dan hal itu bukan hal aneh, kerana memang ia akan muncul mendadak.

Bukankah sudah ada beberapa orang yang mengaku sebagai Imam Mahdi?

Tidak boleh. Imam Mahdi di-baiat oleh 313 pemuda di Kaabah. Jumlah itu sama dengan jumlah pasukan ketika Perang Badar. Baiatnya terbuka meskipun sebenarnya Imam Mahdi enggan dijadikan pemimpin. Bila ada yang mengaku-ngaku Imam Mahdi, maka itu adalah penipuan.

Apakah kelak Imam Mahdi akan memimpin kekhalifahan Islam?

Ya. Sebelum itu ia akan memimpin beberapa peperangan untuk meruntuhkan The New World Order ini. Perang meruntuhkan maalikan jabariyan ini bertujuan untuk mewujudkan The Next World Order.

Bagaimana dengan perang Akhir zaman?

Ada empat perang besar. Pertama, perang melawan penguasa semenanjung Arab. Kaum Muslim menang. Kedua adalah perang melawan penguasa zalim parsi, Muslim juga menang. Perang selanjutnya adalah melawan Rome atau Eropah, dan menang juga. Ke empat adalah perang melawan Dajjal dan 70,000 tentera Yahudi.

Sumber : Detik Islam

Kamis, 07 Februari 2013

SEKOLAH DI JEPANG VS SEKOLAH DI INDONESIA



Jurnal Gelanter, Anak saya bersekolah di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) kota Tokyo, Jepang. Pekan lalu, saya diundang untuk menghadiri acara “open school” di sekolah tersebut. Kalau di Indonesia, sekolah ini mungkin seperti SD Negeri yang banyak tersebar di pelosok nusantara. Biaya sekolahnya gratis dan lokasinya di sekitar perumahan.
Pada kesempatan itu, orang tua diajak melihat bagaimana anak-anak di Jepang belajar. Kami diperbolehkan masuk ke dalam kelas, dan melihat proses belajar mengajar mereka. Saya bersemangat untuk hadir, karena saya meyakini bahwa kemajuan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari bagaimana bangsa tersebut mendidik anak-anaknya.
Melihat bagaimana ketangguhan masyarakat Jepang saat gempa bumi lalu, bagaimana mereka tetap memerhatikan kepentingan orang lain di saat kritis, dan bagaimana mereka memelihara keteraturan dalam berbagai aspek kehidupan, tidaklah mungkin terjadi tanpa ada kesengajaan. Fenomena itu bukan sesuatu yang terjadi “by default”, namun pastilah “by design”. Ada satu proses pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilakukan terus menerus di masyarakat.
Dan saat saya melihat bagaimana anak-anak SD di Jepang, proses pembelajaran itu terlihat nyata. Fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang lebih menitikberatkan pada pentingnya “Moral”. Moral menjadi fondasi yang ditanamkan “secara sengaja” pada anak-anak di Jepang. Ada satu mata pelajaran khusus yang mengajarkan anak tentang moral. Namun nilai moral diserap pada seluruh mata pelajaran dan kehidupan.
Sejak masa lampau, tiga agama utama di Jepang, Shinto, Buddha, dan Confusianisme, serta spirit samurai dan bushido, memberi landasan bagi pembentukan moral bangsa Jepang. Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Dan filosofi ini sangat memengaruhi serta menjadi inti dari sistem nilai di Jepang.
Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau harta.
Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistem nilai moral melalui empat aspek, yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain (Relation to Others), Menghargai Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature & the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas (Relation to Group & Society). Keempatnya diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak sehingga membentuk perilaku mereka.
Pendidikan di SD Jepang selalu menanamkan pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Mereka perlu memerhatikan orang lain, lingkungan, dan kelompok sosial. Tak heran kalau kita melihat dalam realitanya, masyarakat di Jepang saling menghargai. Di kendaraan umum, jalan raya, maupun bermasyarakat, mereka saling memperhatikan kepentingan orang lain. Rupanya hal ini telah ditanamkan sejak mereka berada di tingkat pendidikan dasar.
Empat kali dalam seminggu, anak saya kebagian melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia harus membersihkan dan menyikat WC, menyapu dapur, dan mengepel lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali, harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan menghormati orang lain.
Kebersahajaan juga diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting dari nilai materi. Mereka hampir tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi.
Anak-anak di SD Jepang tidak ada yang membawa handphone, ataupun barang berharga. Berbicara tentang materi adalah hal yang memalukan dan dianggap rendah di Jepang.
Keselarasan antara pendidikan di sekolah dengan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan masyarakat juga penting. Apabila anak di sekolah membersihkan WC, maka otomatis itu juga dikerjakan di rumah. Apabila anak di sekolah bersahaja, maka orang tua di rumah juga mencontohkan kebersahajaan. Hal ini menjadikan moral lebih mudah tertanam dan terpateri di anak.
Dengan kata lain, orang tua tidak “membongkar” apa yang diajarkan di sekolah oleh guru. Mereka justru mempertajam nilai-nilai itu dalam keseharian sang anak.
Saat makan siang tiba, anak-anak merapikan meja untuk digunakan makan siang bersama di kelas. Yang mengagetkan saya adalah, makan siang itu dilayani oleh mereka sendiri secara bergiliran. Beberapa anak pergi ke dapur umum sekolah untuk mengambil trolley makanan dan minuman. Kemudian mereka melayani teman-temannya dengan mengambilkan makanan dan menyajikan minuman.
Hal seperti ini menanamkan nilai pada anak tentang pentingnya melayani orang lain. Saya yakin, apabila anak-anak terbiasa melayani, sekiranya nanti menjadi pejabat publik, pasti nalurinya melayani masyarakat, bukan malah minta dilayani.
Saya sendiri bukan seorang ahli pendidikan ataupun seorang pendidik. Namun sebagai orang tua yang kemarin kebetulan melihat sistem pendidikan dasar di SD Negeri Jepang, saya tercenung. Mata pelajaran yang menurut saya “berat” dan kerap di-“paksa” harus hafal di SD kita, tidak terlihat di sini. Satu-satunya hafalan yang saya pikir cukup berat hanyalah huruf Kanji.
Sementara, selebihnya adalah penanaman nilai.
Besarnya kekuatan industri Jepang, majunya perekonomian, teknologi canggih, hanyalah ujung yang terlihat dari negeri Jepang. Di balik itu semua ada sebuah perjuangan panjang dalam membentuk budaya dan karakter. Ibarat pohon besar yang dahan dan rantingnya banyak, asalnya tetap dari satu petak akar. Dan akar itu, saya pikir adalah pendidikan dasar.
Sistem pendidikan Jepang seperti di atas tadi, berlaku seragam di seluruh sekolah. Apa yang ditanamkan, apa yang diajarkan, merata di semua sekolah hingga pelosok negeri. Mungkin di negeri kita banyak juga sekolah yang mengajarkan pembentukan karakter. Ada sekolah mahal yang bagus. Namun selama dilakukan terpisah-terpisah, bukan sebagai sistem nasional, anak akan mengalami kebingungan dalam kehidupan nyata. Apalagi kalau sekolah mahal sudah menjadi bagian dari mencari gengsi, maka satu nilai moral sudah berkurang di sana.
Di Jepang, masalah pendidikan ditangani oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, dan Ilmu Pengetahuan Jepang (MEXT) atau disebut dengan Monkasho. Pemerintah Jepang mensentralisir pendidikan dan mengatur proses didik anak-anak di Jepang. MEXT menyadari bahwa pendidikan tak dapat dipisahkan dari kebudayaan, karena dalam proses pendidikan, anak diajarkan budaya dan nilai-nilai moral.
Mudah-mudahan dikeluarkannya kata “Budaya” dari Departemen “Pendidikan dan Kebudayaan” sehingga “hanya” menjadi Departemen “Pendidikan Nasional” di negeri kita, bukan berarti bahwa pendidikan kita mulai melupakan “Budaya”, yang di dalamnya mencakup moral dan budi pekerti.
Hakikat pendidikan dasar adalah juga membentuk budaya, moral, dan budi pekerti, bukan sekedar menjadikan anak-anak kita pintar dan otaknya menguasai ilmu teknologi. Apabila halnya demikian, kita tak perlu heran kalau masih melihat banyak orang pintar dan otaknya cerdas, namun miskin moral dan budi pekerti. Mungkin kita terlewat untuk menginternalisasi nilai-nilai moral saat SD dulu. Mungkin waktu kita saat itu tersita untuk menghafal ilmu-ilmu “penting” lainnya.
Demikian sekedar catatan saya dari menghadiri pertemuan orang tua di SD Jepang.
Salam.
Sumber: edukasi.kompasiana.com
Bandingkan dengan SD kita yg masih saja meributkan ANAK-ANAK SD HARUS SUDAH BISA CALISTUNG dan KKM, REMIDIAL, TES dan UAN.
Mari kita renungkan dan mari kita bagikan ke sebanyak2 orang yg semestinya mengetahui hal ini terutama di Kementrian Pendidikan Nasional agar mengetahui hal ini sebagai bahan pembelajaran dan segera melakukan perubahan yg mendasar terhadap sistem persekolahan di Indonesia.