Jurnal GelanTer - Ketat, transparan, dan membentuk tubuh, itulah
ciri ciri jilbab sebagian wanita masa kini. Tampil cantik dan trendi dengan
jilbab menjadi motto sebagian muslimah zaman sekarang ini.
Ya. . . Cantik . . . . dengan pakaian tipis dan
ketat yang menggoda, pernak pernik perhiasan yang menggelantung mulai dari
kepala sampai pin besar di dada, sapuan make up di wajah, sepatu hak tinggi
runcing dengan wangi parfum yang menggelitik sambil berlenggak lenggok laksana
bandul jam. . . . Lengkaplah sudah wanita menjadikan dirinya layaknya etalase.
Saudariku, sadarkah engkau jilbab ketatmu itu
adalah etalase auratmu ??? Seperti etalase toko yang memajang barang -yang
biasanya produk unggulan- untuk menarik perhatian calon konsumen, seperti
itulah jilbab ketat yang di pakai sebagian kaum muslimah, etalase yang
memamerkan bagian bagian tertentu dari tubuhnya. Dan jika fungsi etalase untuk
menarik perhatian calon pembeli. . . . lalu menurutmu apa fungsi jilbab ketatmu
itu ? Perhatian siapa yang hendak kau pancing agar menoleh ke arahmu ?
Saudariku, cobalah menatap dirimu lebih lama. . .
sedikit lebih lama didepan cermin, dengan perspektif yang berbeda.
Perhatikan pakaian ketatmu. Apa yang terlintas
dibenakmu ? Aurat sebelah mana yang berhasil kau sembunyikan dari pandangan
orang lain yang bukan mahrammu dengan pakaian transparan atau pakaian ketatmu
itu ? Tanyakanlah pada dirimu, apa gunanya jilbab bagimu ? Untuk siapa engkau
mengenakannya ? Jika engkau mengenakannya untuk memenuhi kewajiban menutup
aurat, lalu dimana letak pakaian ketatmu dalam firman Allah berikut ?
” Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu. . .” [Al-A'raf : 26]
Dan Allah berfirman :
” Katakanlah kepada wanita yang beriman :
“Hendaklah mereka mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasan kecuali kepada suami mereka, atau ayah suami mereka, atau putra putra
mereka, atau putra putra suami mereka, atau saudara saudara lelaki mereka, atau
putera putera saudara perempuan mereka, atau wanita wanita Islam, atau budak
budak yang mereka miliki, atau pelayan pelayan laki laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita. . . .” [An-Nuur : 31].
Dan juga firman Allah :
” Hai Nabi, katakanlah kepada istri istrimu, anak
anak perempuanmu, dan istri istri orang mukmin : “Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya keseluruh tubuh mereka “. [Al-Ahzab : 59].
Pernahkah terbetik dipikiranmu bahwa Sang Pembuat
Syariat, memerintah kan wanita untuk mentup aurat agar kehormatannya terjaga ? Bukankah
lekuk liku tubuhmu yang engkau tampakkan dgn jilbab tipismu nan ketat itu,
justru memancing siulan dan pandangan maksiat dari lawan jenismu ? Ataukah
memang itu tujuanmu ?
Saudariku, jilbab diwajibkan bagi wanita untuk
menutup aurat, bukan sekedar menutupi kulit !
Perintahnya adalah menutupnya dan bukan sekedar membalutnya sehingga tampak lekuk likunya.
Perintahnya adalah menutupnya dan bukan sekedar membalutnya sehingga tampak lekuk likunya.
Banyak kaum wanita meneriakkan protes atas
kebebasan dan kesetaraan, agar hukum lebih melindungi wanita dari tindak
pelecehan seksual, baik berupa perkataan, perbuatan atau bahkan sekedar
isyarat. Tidakkah terfikir olehmu, pakaian ketatmu itu justru mengundang pelaku
pelecehan untuk beraksi ?
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahkan
telah memperingatkan kita dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah :
” Ada dua golongan penghuni neraka yang belum
pernah aku lihat sebelumnya, yaitu suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor
ekor sapi betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia dan wanita wanita
yang berpakaian (tetapi) telanjang, yang kalau berjalan berlenggak lenggok menggoyang
goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak taat), kepalanya seperti punuk punuk
unta yang meliuk liuk. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium
bau wanginya, padahal bau wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan
sekian.” (Hadits Shahih. Riwayat Muslim no. 2128 dan Ahmad no. 8673). Ooh,
saudariku, jangan rendahkan dirimu ! Jangan hinakan dirimu dengan menjadikan
jilbabmu sebagai etalase auratmu ! Jangan jadikan dirimu sebagai objek siulan laki
laki iseng dipinggir jalan. Engkau bukan mannequin, bukan barang pajangan untuk
dilirik, dinilai, ditaksir dan di beri label harga yang pantas oleh orang yang
memandangmu. Tidak ! Engkau jauh lebih berharga, bahkan lebih mulia dengan
jilbab syar’i.
Bangkitlah dan bangun kepercayaan dirimu !
Sesungguhnya kecantikanmu bukan pada pakaian yang menampilkan keindahan tubuh,
juga tidak pada riasan. Tetapi kecantikanmu akan terpancar dari ketakwaan ,
akhlak terpuji dan rasa malu, yang salah satunya akan tampak dari pakaian
syar’i yang engkau kenakan.
Ingatlah bahwa Allah telah berfirman :
” Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan.
Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang
demikian itu adalah sebahagian dari tanda tanda kekuasaan Allah, mudah mudahan
mereka selalu ingat.” [Al-A'raf : 26]
Penulis : Ummu Abdillah al-Buthoniyyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar