Selasa, 27 November 2012

Apa Fungsi Memakai Jilbab ?


Jurnal GelanTer - Ketat, transparan, dan membentuk tubuh, itulah ciri ciri jilbab sebagian wanita masa kini. Tampil cantik dan trendi dengan jilbab menjadi motto sebagian muslimah zaman sekarang ini.
Ya. . . Cantik . . . . dengan pakaian tipis dan ketat yang menggoda, pernak pernik perhiasan yang menggelantung mulai dari kepala sampai pin besar di dada, sapuan make up di wajah, sepatu hak tinggi runcing dengan wangi parfum yang menggelitik sambil berlenggak lenggok laksana bandul jam. . . . Lengkaplah sudah wanita menjadikan dirinya layaknya etalase.
Saudariku, sadarkah engkau jilbab ketatmu itu adalah etalase auratmu ??? Seperti etalase toko yang memajang barang -yang biasanya produk unggulan- untuk menarik perhatian calon konsumen, seperti itulah jilbab ketat yang di pakai sebagian kaum muslimah, etalase yang memamerkan bagian bagian tertentu dari tubuhnya. Dan jika fungsi etalase untuk menarik perhatian calon pembeli. . . . lalu menurutmu apa fungsi jilbab ketatmu itu ? Perhatian siapa yang hendak kau pancing agar menoleh ke arahmu ?
Saudariku, cobalah menatap dirimu lebih lama. . . sedikit lebih lama didepan cermin, dengan perspektif yang berbeda.
Perhatikan pakaian ketatmu. Apa yang terlintas dibenakmu ? Aurat sebelah mana yang berhasil kau sembunyikan dari pandangan orang lain yang bukan mahrammu dengan pakaian transparan atau pakaian ketatmu itu ? Tanyakanlah pada dirimu, apa gunanya jilbab bagimu ? Untuk siapa engkau mengenakannya ? Jika engkau mengenakannya untuk memenuhi kewajiban menutup aurat, lalu dimana letak pakaian ketatmu dalam firman Allah berikut ?
” Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu. . .” [Al-A'raf : 26]
Dan Allah berfirman :
” Katakanlah kepada wanita yang beriman : “Hendaklah mereka mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasan kecuali kepada suami mereka, atau ayah suami mereka, atau putra putra mereka, atau putra putra suami mereka, atau saudara saudara lelaki mereka, atau putera putera saudara perempuan mereka, atau wanita wanita Islam, atau budak budak yang mereka miliki, atau pelayan pelayan laki laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. . . .” [An-Nuur : 31].
Dan juga firman Allah :
” Hai Nabi, katakanlah kepada istri istrimu, anak anak perempuanmu, dan istri istri orang mukmin : “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka “. [Al-Ahzab : 59].
Pernahkah terbetik dipikiranmu bahwa Sang Pembuat Syariat, memerintah kan wanita untuk mentup aurat agar kehormatannya terjaga ? Bukankah lekuk liku tubuhmu yang engkau tampakkan dgn jilbab tipismu nan ketat itu, justru memancing siulan dan pandangan maksiat dari lawan jenismu ? Ataukah memang itu tujuanmu ?
Saudariku, jilbab diwajibkan bagi wanita untuk menutup aurat, bukan sekedar menutupi kulit !
Perintahnya adalah menutupnya dan bukan sekedar membalutnya sehingga tampak lekuk likunya.
Banyak kaum wanita meneriakkan protes atas kebebasan dan kesetaraan, agar hukum lebih melindungi wanita dari tindak pelecehan seksual, baik berupa perkataan, perbuatan atau bahkan sekedar isyarat. Tidakkah terfikir olehmu, pakaian ketatmu itu justru mengundang pelaku pelecehan untuk beraksi ?
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahkan telah memperingatkan kita dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah :
” Ada dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor ekor sapi betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia dan wanita wanita yang berpakaian (tetapi) telanjang, yang kalau berjalan berlenggak lenggok menggoyang goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak taat), kepalanya seperti punuk punuk unta yang meliuk liuk. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian.” (Hadits Shahih. Riwayat Muslim no. 2128 dan Ahmad no. 8673). Ooh, saudariku, jangan rendahkan dirimu ! Jangan hinakan dirimu dengan menjadikan jilbabmu sebagai etalase auratmu ! Jangan jadikan dirimu sebagai objek siulan laki laki iseng dipinggir jalan. Engkau bukan mannequin, bukan barang pajangan untuk dilirik, dinilai, ditaksir dan di beri label harga yang pantas oleh orang yang memandangmu. Tidak ! Engkau jauh lebih berharga, bahkan lebih mulia dengan jilbab syar’i.
Bangkitlah dan bangun kepercayaan dirimu ! Sesungguhnya kecantikanmu bukan pada pakaian yang menampilkan keindahan tubuh, juga tidak pada riasan. Tetapi kecantikanmu akan terpancar dari ketakwaan , akhlak terpuji dan rasa malu, yang salah satunya akan tampak dari pakaian syar’i yang engkau kenakan.
Ingatlah bahwa Allah telah berfirman :
” Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.
Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda tanda kekuasaan Allah, mudah mudahan mereka selalu ingat.” [Al-A'raf : 26]

Penulis : Ummu Abdillah al-Buthoniyyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar